resah. hilangnya hati nurani kemanusiaan, upah masyarakat tidak terbayarkan.
"Tau daging haram tapi tidak tau Uang haram"
Baru-baru ini kita sedang di hadapkan dengan kondisi krisis ekonomi. Mata pencaharian pun terasa sulit. Namun yang lebih sulit lagi kehidupan sistem penjajahan hadir di tengah-tengah panasnya matahari di pulau batuatas.
Miris melihat kondisi masyarakat yang antusias bekerja keras terhadap proyek pembangunan jalan katoba mambulu daerah liwu. Jalan ini sudah di anggarkan sekian ratus juta lengkap dengan harga material serta gaji para pekerja.
Namun, lagi-lagi hal yang tak di duga kembali menghantui masyarakat batuatas liwu. Jalan yang sudah tembus dan sudah beroperasi bagi kendaraan roda 2 dan roda 4 secara normal tersebut. Mengiris hati masyarakat karena harga batu dan pasir serta HOK tidak terbayarkan di mana hati nurani para pemimpin yang tidak bersinergi dalam hal membantu melunasi harga tetesan keringat mereka.
Lambat laon keringat masyarakat akan mengering tanpa di lap dengan selembar uang kertas yang menjadi harapan bagi masyarakat yang bekerja di jalan denda tersebut. akankah hal ini di biarkan begitu saja. tetesan keringat orang tua kita tidak menembus hati mereka para pencuri maka mahasiswa dan akademisi harus bergerak melawan kedjaliman di batuatas.
Tuntaskan hak-hak kami "teriak orang tua" siapa yang menjawab teriakan itu kalau bukan pemimpin kita, mahasiswa dan akademisi. Jawabannya tidak karna yang mampu memberikan gak masyarakat adalah mereka yang hatinya bersih mampu mendengar jeritan hati masyarakat.
Komentar