MENEROBOS KEMELUT. REFLEKSI CENDEKIAWAN GENERASI
Berbakti pada negeri, refleksi cendekiawan generasi
penulis / la doe amlisi
laodeamlisiblogspot.com
Batuatas adalah negeriku, tempatku meneteskan air mata. Di negeri inilah aku berbakti menjunjung tinggi pancasila dan UUD 1945, negeri yang tandus akan alamnya adalah akibat manusia yang tak kunjung selesasi berbagai problem dan polemiknya hingga daratanya menanggung semua kerusakan.
Buya syafii melihat betapa besar masalah yang sedang di hadapi bangsa ini, sehingga ia menjadi ragu apakah permaslahan akan segera berakhir. Namun, ia selalu menyakinkan dirinya sendiri bahwa panji optimisme harus selalu di kibarkan. “kita berharap selimut kabut segera menyingkir dari langit negeri kita. Semoga bangsa ini segera menemukan nahkoda baru yang pandai belajar pada kegagalan masa silam. Mungkin nahkoda itu tidak perlu pintar, tapi pandai memilih pembantunya dan mau mendengarkan orang lain melalui telinga batinnya,”
Gemuruh persoalan bangsa bagi buya syafii adalah badai. Ia yakin, badai akan segera berlalu. Syafii mengaku di tengah kegalauan itu,ia selalu mencuri embun yang bening dan sejuk di tengah gemuruh badai. Mungkin itu pelajaran paling berharga bagi kita, para generasi muda pelanjut pembangunan, bahwa sekalipun dahsyatnya badai yang menerpa setiap negeri ini dan tak ada alasan untuk kita menyerah.
Dalam amatan guru besar sejarah siapa yang di beri amanat mengelola Indonesia (pemimpin) haruslah dapat memetik pelajaran dari para founding fathersdi masa lalu. Berkcalah pada Natsir, Bung Karno, Bung Hatta, Kasman Singodimedjo, Syafrudin Prawiranegara, dan masih banyak lagi lainya.
Juga pada generasi terhadap negeri kecil kita batuatas, haruslah mampu mengelolahnya dengan baik hingga batuatas menjadi negeri yang berkualitas agar regenerasi selanjunjutnya tidak menjadi debu di mata dunia akibat kerasnya suatu kehidupan yang terjadi yang mengakibatkan hilangnya kendali akal sehat dalam setiap tindakannya.
Hal itu tidak menunggu siapa yang mau mengambil peran untuk semua kebangkitan namun kita semua yang menyerahkan hidup ini agar mimpi-mimpi para pejuang . Dan memberi senyuman pada orang tua kita karena melihat cucunya berbahagia akibat perjuangan para anak-anaknya. Maka marilah menjadi pahlawan milenial dengan memberikan yang terbaik pada negeri kita batuatas tercinta
Komentar